Wednesday, October 17, 2012

[Nyongtory Fanfic] I BELIEVE YOU (Chap. 1)

Author: Me

Pair: GRi/G-Dragon-SeungRi

Rating: T

Genre: Romance

Warning: AU, OOC-Sangat, Abal, Shounen Ai

DON'T LIKE, DON'T READ

Summary: Apa jadinya jika Lee Seungri, siswa biasa yang serba biasa bertemu dengan Kwon Jiyong, seseorang yang memiliki banyak rahasia? 


I Believe You 

Seungri POV 

Aku baru saja membeli bahan-bahan makan malamku hari ini. Langit berubah menjadi orange, rupanya sudah hampir gelap. Aku harus bergegas pulang. 

Ah, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Lee Seungri. Aku hidup sendiri di sebuah apartemen kecil diujung jalan. Aku masih pelajar SMA. Aku sekolah di Chang Song High School. Sekolah biasa yang sesuai dengan keadaan ekonomiku. 

Walaupun biasa dan tak banyak teman yang kupunya, aku selalu menikmati hari-hariku disana. Entah buruk atau bahagia, aku tetap bersyukur. Bukankah hidup harus disyukuri. 

Kulangkahkan kaki dengan hati gembira. 

Beberapa meter lagi aku akan sampai diapartemen kecilku, namun langkahku terhenti ketika melihat seorang pria duduk dengan posisi kaki kanannya dijulurkan, sedangkan kaki kirinya ditekuk menopang tangan kirinya sedangkan kepalanya tertunduk. 

Aku bisa melihat banyak piercing di telinganya. Apakah dia seorang gangster? Pakaiannya benar-benar kotor. Mungkin saja dia selesai berkelahi. 

“A-anoo~” aku mencoba menyapanya. Dengan takut aku menghampiri orang itu. Apakah dia akan membunuhku? Pikirku. 

Dia tak bergerak. 

Apakah dia mati? Aku menusuk-nusuk lengannya dengan jari telunjukku. 

Dia mulai merespon. Sepertinya dia merasakan aku menyentuh lengannya. 

Aku melihatnya dengan waspada. Aku melangkah mundur 2 meter darinya. Takut-takut dia akan melukaiku. 

Dia mengangkat kepalanya dan melihat sekeliling. Aku membeku ketika matanya menatapku begitu tajam. Aku pastikan jika matanya adalah sebuah pedang, mungkin aku sudah mati ditebasnya. 

Sedetik kemudian dia tersenyum. Aku tak mengerti arti dari senyumnya, tapi aku merasa ada sesuatu yang tidak baik dibalik senyumnya itu. 

Dia berdiri lalu meregangkan otot-ototnya. 

Aku merasa tidak perlu berurusan lagi dengannya, karena itu aku berjalan meninggalkannya. Toh, dia juga sudah bangun. 

@@@ 

Aku merasakan seseorang mengikutiku dan aku pastikan pasti orang yang kutemui tadi yang mengikutiku. 

Aku mempercepat langkahku, tapi dia tetap mengikutiku. 

Akhirnya, aku sampai juga diapartemen kecilku. Dengan cepat aku membuka pintu apartemenku dan masuk kedalam. Tapi, saat aku hendak menutup pintu, tangan orang itu membloknya. Akhirnya, kami mulai ‘perang dorong-mendorong’ pintu. Karena kekuatannnya yang lebih besar dariku, akhirnya dia bisa masuk. 

Sambil tersenyum dia memasuki apartemenku. 

“Ja-jangan seenaknya masuk apartemen orang!” Dengan takut aku memarahinya. Memang jelan, kan aku memarahinya. Dia orang asing yang tidak diketahui identitasnya. Bagaimana jika dia membunuhku? Bisa saja, kan? 

Dia membalik tubuhya kearahku tak lupa senyum yang menyerupai seringai terus melekat pada bibirnya. 

“Bukankah semuanya salahmu?” Dia menunjukku, mempersalahkanku. 

“Apa?” Aku tidak mengerti. 

“Mendekatiku dan membangunkanku dari tidur. Bukankah kau sudah mengganggu privasiku? Semuanya adalah salahmu. Karena itu, kau harus bertanggung jawab.” Alasan macam apa itu? 

“A-Apa? A-aku…itu karena kau tidur dipinggir jalan. Kau mengganggu orang yang melewati jalan itu. Karena itu aku membangunkanmu. Dan, Kenapa aku harus bertanggung jawab? Bukankah aku tidak melukaimu?” aku tidak menerima semua alasannya. 

“Pokoknya, semua adalah salahmu dan kau harus mempertanggung jawabkannya. Lagipula, orang-orang yang melewati jalan itu mengabaikanku. Bukankah itu berarti mereka tidak terganggu? Hanya kau seorang yang merasa seperti itu.” Dia membuatku gila. Dia membuatku terpojok. Apakah membangunkan orang yang tidur dipinggir jalan itu salah? 

“Apa hobimu suka menyalahkan orang lain?” aku kesal dia terus menyalahkanku atas kejadian ini. 

“Apakah kau tidak bisa membeli apartemen yang lebih layak dan bagus dari ini?” 

CTAK!!! 

Sudut siku-siku tercetak di dahiku. 

Sudah masuk diapartemenku tanpa diundang, mempersalahkanku, mengabaikan pertanyaanku dan sekarang menyindirku yang lebih mengarah pada ‘penghinaan’. 

Aku menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Aku harus sabar menghadapi orang ini. 

“Apa kau menghinaku?” 

“Jadi, kau merasakannya, ya? Aku kira tidak!” Lidahnya terbuat dari apa, sih? Benar-benar tajam. 

Daripada meladeni orang yang tidak jelas ini, lebih baik aku menyiapkan makan malam. 

Kuhampiri dapur dan segera mengeluarkan bahan-bahan masakan untuk makan malam. 

@@@ 

Karena dapur yang menyatu dengan ruang tamu sekaligus ruang nonton, aku bisa dengan jelas melihat orang asing itu sedang mengamati apartemenku. 

“Hei…apakah mereka orang tuamu?” aku mendongak melihat orang asing itu memegang sebuah bingkai foto yang terpasang foto kedua orang tuaku. 

“Iya!” Jawabku lalu kembali mengalihkan perhatianku pada masakan yang tengah aku buat. 

“Dimana mereka?” 

“Di kampungku, Gwangju” Jawabku tanpa mengalihkan perhatianku pada masakanku. 

Selanjutnya, dia hanya bergumam ‘Oh’. 

Hei…aku belum mengetahui nama orang asing ini. Ah…bodohnya aku. Bagaimana bisa aku ‘terpaksa’ menerima orang ini di apartemenku tanpa mengetahui namanya. 

“Hei…” Panggilku menghentikan sejenak masakanku. Dia mengalihkan perhatiannya dari TV kearahku. “Aku belum tahu namamu. Siapa namamu?” sambungku dan dia menanggapi dengan tersenyum lebih tepatnya menyeringai. 

“Akhirnya kau menanyakannya juga.” Apa? Jadi dia sudah menyadarinya dan menungguku untuk menanyakannya? Orang ini… 

“Kau boleh memanggilku Jiyong…” Sambungnya. 

“Baiklah. Aku Lee Seungri. Kau boleh memanggilku Seungri. Lalu nama belakang keluargamu?” 

“Bukankah tadi kau hanya menanyakan namaku. Kau tidak menanyakan nama belakang keluargaku, bukan?” Orang ini benar-benar pintar berdalih. 

Sebaiknya aku melanjutkan masakanku daripada aku berakhir dengan sakit kepala yang berkepanjangan. 

“Hei, kau punya baju seukuranku?” Tanyanya beberapa menit kemudian. 

Aku mengalihkan perhatian dari masakanku. Aku menatapnya dari ujung kaki hingga kepala. 

Benar juga, ya. Pakaiannya benar-benar kotor. “mungkin ada!” segera aku meninggalkan masakanku dan bergegas menuju kamarku. 

Aku ingat pakaian yang pernah dibeli ibuku. Pakaian yang berukuran melebihi aku. 

Kuambil pakaian itu dan menyerahkan padanya sekaligus handuk bersih. Setelah menerimanya, dia pun menuju kamar mandi yang sudah kutunjuk. Sedangkan aku kembali menyelesaikan masakanku. 

@@@ 

“Hei…ayo makan!” Panggilku sambil meletakan masakan terakhir yang kubuat diatas meja. 

Dia menghampiri meja makan. Dia duduk didepanku. 

“Mari makan!” Ucapku lalu mulai makan. Namun, aku berhenti ketika melihatnya hanya memandangi masakan yang kubuat. 

Apakah dia tidak suka? Mungkinkah dia ingin makanan yang mewah? Apakah aku harus membelinya? Pikirku khawatir. Jika dia menginginkan makanan yang mewah, uangku tidak mungkin cukup. 

“Apa kau tidak menyukai makanan seperti ini?” Tanyaku hati-hati padanya. 

Kulihat dia terkejut dengan pertanyaanku. 

Dia tersenyum miris “Aku tidak bisa makan makanan ini. Aku alergi dengan makanan laut.” Jawabnya. 

“Ah…benarkah? Kalau begitu, kau makan saja sossis dan sayurnya, biar aku yang makan makanan lautnya. Atau, kau mau aku buatkan telur atau ramen?” Aku panik. 

Sedetik kemudian, aku melihatnya tertawa. Ini pertama kalinya aku melihatnya tertawa. 

“Tidak perlu sepanik itu. Tentu saja aku akan memakan sosis dan sayuran.” 

Aku berpikir mungkin dia bukanlah orang asing yang jahat. Melainkan orang asing yang misterius. 

TO BE CONTINUE…

Terima kasih sudah membaca fanfic saya ^^

A/N: Maaf jika erdapat kesalahan penulisan, penempatan titik + koma dan sebagainya. Author juga manusia yang tak luput dari kesalah. Terima kasih.

5 comments: